Selasa, 24 Desember 2013

Dzikrul Maut, Cukuplah Kematian Sebagai Nasehat

http://www.voa-islam.com/photos3/jenazah-ilustrasi-_130114203555-.jpg
Barang kali kita sering mendengar atau menjumpai fenomena, orang yang datang kepada orang yang diseganinya untuk meminta nasehat, meskipun hanya satu kata. Tentunya dengan harapan bahwa nasehat itu akan berguna baginya dalam hidup di dunia maupun akherat kelak. Lantas, apa kira-kira jawaban yang tepat, singkat dan padat untuk pertanyaan tersebut ?

Rosululloh Saw pernah bersabda : “Cukuplah kematian sebagai nasehat”

Ya, kematian … sebuah kata yang sangat tepat untuk mewakili jawaban atas semua permintaan nasehat dari seseorang. Kematian … satu kata yang singkat tapi sarat makna dan penuh dengan pelajaran dan hikmah.

Ketika disebut kata kematian maka yang terbetik di benak adalah berpisahnya ruh dengan jasad, berpindahnya seseorang dari semua kesenangan dunia menuju alam lain yang dia sendiri tidak tahu apakah menyenangkan atau sebaliknya dan proses awal seseorang menginjakkan kaki di alam akherat.

Sungguh mengerikan, rasa sakitnya bagaikan 70 kali sabetan pedang. Banyak orang berusaha berlari untuk menghindarinya. Mengharukan, banyak juga yang meneteskan air mata menyaksikannya. Menegangkan, karena seseorang tidak tahu kemana arah kembalinya. Apakah ke surga ataukah ke neraka … ??

Lalu, kapankah kita mati ? … dan dimana ?

Alloh menurunkan jawaban akan pertanyaan ini dari atas langit tingkat 7 dengan firman-Nya :

“Setiap jiwa pasti merasakan kematian” (QS. Ali Imron : 185)

“Dan tidak ada satu jiwapun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati” (QS. Luqman : 34)

“Dan datanglah sakarotul maut dengan benar. Itulah sesuatu yang dahulu kamu berusaha lari darinya” (QS. Qof : 19)

Di dalam ayat-ayat diatas, Alloh tidak menyebutkan waktu kapan seseorang akan meninggal dan di mananya. Karena, jika seseorang mengetahui waktu dan tempat dia akan meninggal dikhawatirkan dia akan berpangku tangan dan hanya mau berbuat baik ketika hari terakhir dia akan meninggal itu. Jadi, mengetahui waktu dan tempat meninggal itu tidaklah penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita bersiap diri menyambut kematian dan kehidupan setelahnya.

Ya, kita harus senantiasa bersiap dan berkemas untuk menghadapi kematian. Karena penyesalan itu hanya ada di kemudian hari. Alloh subhanahu wa Ta`ala mengingatkan kita tentang hal ini dengan firman-Nya :

“Dan infakkanlah apa yang telah Kami rizkikan kepada kalian, sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kalian, lantas dia berkata : “Wahai Robbku, kenapa Engkau tidak tangguhkan kematianku barang sebentar, sehingga aku bisa bersedekah dan bisa menjadi orang sholih ?”. Dan Alloh tidak akan pernah menangguhkan satu jiwapun jika telah datang ajalnya. Dan Alloh maha mengetahui apa yang kalian kerjakan” (QS. Al Munafikun : 10-11).

Jika fenomena kematian adalah seperti itu, maka janganlah kita tertipu oleh dunia dengan segala kesenangannya, karena semuanya akan musnah, hilang dan usang. Jangan tertipu dengan dunia karena kita pasti akan meninggalkannya. Jangan tertipu dengan dunia, karena dia hanya akan mempedaya dan menghancurkan kita. Jangan tertipu dengan dunia, karena kematian pasti datang untuk menghancurkan semua angan dan kesenangan kita.

Jangan tunda taubat … jangan pula tunda amal ketaatan dan kebajikan, karena roda dunia akan terus berputar dan saat itu pasti akan tiba. Di dalam hadits dari Ibnu Umar ra yang berkata : Rosululloh Saw pernah memegang pundakku seraya bersabda : “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang menyeberang jalan”. Ibnu Umar sendiri pernah berkata : “Jika kamu di sore hari, maka janganlah kamu tunggu datangnya pagi, dan jika kamu di pagi hari, maka janganlah kamu tunggu datangnya sore. Manfaatkanlah waktu sehatmu untuk menghadapi masa sakitmu, dan manfaatkanlah masa hidupmu untuk menghadapi masa kematianmu” (HR. Bukhori).

Abu Huroiroh ra juga meriwayatkan bahwa Rosululloh Saw bersabda : “Bersegeralah kalian melakukan amal kebaikan sebelum datang 7 perkara. Tidak ada yang kalian tunggu melainkan kefakiran yang melalaikan, atau kekayaan yang membuat orang melampaui batas, atau waktu sakit yang merusak, atau masa tua yang membuat lemah, atau kematian yang akan segera datang, atau Dajjal yang merupakan hal ghaib yang paling buruk untuk ditunggu atau kiamat, dan kiamat itu sangat mengerikan dan sangat pahit” (HR. Tirmidzi, dan beliau berkomentar : hadits hasan ).

Semoga dengan mengingat kematian hati kita menjadi lunak, kesadaran kita senantiasa terjaga sehingga kita segera bangkit dari keterpurukan dosa dan segara beramal sholih sebelum semuanya terlambat. Dan jadilah kematian sebagai nasehat terbaik bagi manusia.

Wallahu a`lam …

- See more at: http://www.voa-islam.com/

Tidak ada komentar:

Hukum “Pedekate” dengan Facebook dan Alat Komunikasi / sosmed Lainnya

Assalamualaikum wr.wb. Berikut ini adalah salah satu hasil bahtsul masail diniyyah atau pembahasan masalah keagamaan oleh Forum Musyawarah P...