Minggu, 21 Oktober 2012

KETELADANAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Oleh : N MURSIDI

Kekayaan dan kekuasaan memang menggiurkan. Kedua hal itu bisa mengangkat orang menjadi mulia tapi di sisi lain bisa membuat orang lupa daratan. Tak jarang orang jatuh, karena dibuai kekayaan dan kekuasaan. Namun bagi orang yang teguh memegang amanah, kedua hal itu justru dilihat sebagai titipan Allah. Tak mustahil, jika ia kemudian hati-hati dalam menjaga kekayaanyang dimiliki agar tidak bercampur serpihan korupsi.

Itulah yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz. Usai dilantik menjadi khalifah, dia langsung menyisingkan lengan untuk memberantas korupsi. Ia tidak tebang pilih dan mulai membersihkan dirinya sendiri sebelum menerapkan pada orang lain. Maka dia melepaskan seluruh kekayaan yang ia miliki mulai dari kuda-kuda Persia yang ia sayangi hingga minyak wangi di sudut almari.

Setelah itu, khalifah yang baru itu menual semua barang tersebut. Konon barang milik sang khalifah itu laku senilai 23.000 dinar dan uang itu ia serahkan ke Baitul Mal. Sebagai menantu mantan khalifah Abdul Malik, Umar merasa harta yang ia peroleh dari berdangang, tak steril dari pengaruh kekuasaan bapak mertua. Maka, dia yang memegang sifat zuhud, tak merasa berhak memiliki harta-harta itu saat diangkat jadi khalifah. Ia ingin memberikan telada hidup sederhana dan menjaga kemurnian kekayaan.

Setelah membersihkan hartanya, ia menoleh ke istrinya, yang tidak lain adalah putri dari mantan khalifah Abdul Malik. "Dinda, engkau boleh memilih mengembalikan perhiasanmu ke Baitul Mal atau izinkan aku berpisah darimu. Sebab aku tak akan tahan terhadap panas yang dipancarkan dari hartamu itu." kata Umar.

Sang istri tak kalah heroik. "Suamiku, seandainya aku memiliki perhiasan yang jauh lebih banyak dari ini sekalipun, aku akan tetap memilihmu." jawab sang istri seraya menyerahkan semua perhiasan yang dia kenakan, dan semua barang yang ia simpan.

Setelah itu, Umar menerapkan ketegasan itu di lingkungan istana dan pada orang lain. Tak salah, jika khalifah lalu menyita seluruh tanah garapan dan hak-hak istimewa Bani Ummayah yang ia curigai diperoleh dengan kekerasan dan juga penyalahgunaan wewenang (kekuasaan). Itulah teladan yang dicontohkan Umar bin Abdul Aziz. Alhasil, Umar pun mampu mengantarkan Islam menorehkan catatan yang patut diteladani.

Adakah pemimpin/pejabat di era sekarang yang mampu bertindak heroik seperti Umar? Rasanya, ketegasan dan keteladanan yang dipraktekkan oleh Umar bin Abdul Aziz dalam menjalani hidup dengan sederhana dan menjaga kemurnian kekayaan itu sudah dilupakan oleh sebagian besar umat Islam.

Tidak ada komentar:

Hukum “Pedekate” dengan Facebook dan Alat Komunikasi / sosmed Lainnya

Assalamualaikum wr.wb. Berikut ini adalah salah satu hasil bahtsul masail diniyyah atau pembahasan masalah keagamaan oleh Forum Musyawarah P...